Rabu, 03 Maret 2010

terapi okupasi bagi anak tuna rungu


TERAPI OKUPASI BAGI ANAK TUNARUNGU
Pengertian:
• Menurut Kusnanto (1983:2) menyatakan bahwa terapi okupasi yaitu usaha penyembuhan terhadap seseorang yang mengalami kelainan mental, dan fisik dengan jalan memberikan suatu keaktifan kerjadimana keaktifan tersenut untuk mengurangi rasa penderitaan yang dialami oleh penderita.
• Menurut Ning Suyoto menyatakan bahwa terapi okupasi diartikan pengobatan/penyembuhan yang bersifat/melalui pemulihan dari kondisi sakit/kondisi cacat/kondisi tak mampu menjadi mampu melalui pendekatan kegiatan dan kesibukan kerja.
Tujuan:
Tujuan Terapi Okupasi menurut Djoko Martono (1992:2) adalah:
a) Diversional, menghindari neorosisi dan memelihara mental
b) Pemulihan fungsional, mencakup fungsi-fungsi persendian, otot-otot, serta kondisi tubuh umumnya
c) Latihan-latihan prevokasional yang memberikan peluang persiapan menghadapi tugas pekerjaan yang lebih sesuai dengan kondisinya
Sasaran:
Sasaran Terapi Okupasi secara umum adalah pemulihan, pengembangan dan pemeliharaan aspek fisik, peningkatan atau pengembangan intelektual individu agar dapat mengetahui dan memecahkan masalah yang dihadapinya, dan meningkatkan hubungan yang sehat dalam kelompok, bekerja atau bermain bersama serta dapat menggunakan alat-alat atau sumber yang terdapat pada alam sekitarnya.
Sasaran Terapi Okupasi bagi Anak Tunarungu:
Pengertian Ketunarunguan:
• Andreas Dwidjosumarto (1990:1) mengemukakan bahwa seorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu.
• Mufti Salim (1984:8) menyimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya atau mereka mengalami kelainan bicara. Hal tersebut disebabkan oleh:
1) Kelainan sensoris organ penangkap: menderita gangguan tuli konduktif maupun tuli syaraf atau disebabkan oleh kelainan neurologis: keterlambatan kematangan susunan syaraf maupun kerusakan di otak.
2) Kelainan motoris, dilihat dari kelainan alat-alat bicaranya yaitu; organ suaranya mengalami kelainan atau tidak, pemeriksaan lidah sebagai alat yang paling penting untuk bicara, keadaan bibir, pemeriksaan rahang dan gigi, keadaan langit-langit atau kelainan neurologis seperti: gangguan pada pengendalian dan pengorganisasian otot-otot alat bicara (disatri), gangguan kinestasi, gangguan pada hubungan pusat konsepsi (pengertian) dan engram-bank (pusat pola gerakan otot bicara), afrasia ekspresif ataupun kelainan yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan dan faktor-faktor emosionil.
Perlunya anak tunarungu diberikan progam terapi okupasi :
Sebelumnya akan dijelaskan karakteristik anak tunarungu, yaitu:
1) Miskin pembendaharaan kata
2) Miskin pengalaman
3) Kuarang mampu memusatkan perhatian
4) Memerlukan tempo belajar yang lama
5) Kurang mampu mengikuti petunjuk
6) Cenderung selalu curiga terhadap orang lain
7) Cenderung tidak percaya diri
8) Terdapat gangguan bicara
Oleh karena keadaan anak tunarungu yang sedemikian rupa, sehingga mereka sangat memerlukan sebuah program yang dapat diharapkan dapat mengembangkan kemampuan anak tunarungu baik perkembangan kognitif, emosi,social maupun perilaku anak tunarungu tersebut yaitu program terapi okupasi.
Ruang Lingkup:
Untuk mencapai sasaran yang diharapkan maka perlu ditetapkan ruang lingkup terapi okupasi bagi anak tunarungu adalah sebagai berikut:
• Kemampuan gerak kasar
Gerak kasar adalah gerak tubuh yang menggunakan sebagian besar otot-otot atau sekumpulan otot besar dan biasanya memerlukan tenaga. Contoh: duduk, berjalan, mundur, menarik dan sebagainya.
Kemampuan motorik Anak Tunarungu sebenarnya tidak terlalu bermasalah, namun memang perlu sedikit dilatih dengan diberikannya terapi okupasi secara terus menerus.

• Kemampuan gerak halus
Gerak halus adalah gerak yang hanya menggunakan otot-otot tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, membutuhkan koordinasi gerak dan daya kosentrasi yang baik. Contoh: memegang benda kecil antara ibu jari dan telunjuk dan sebagainya.
Dalam kemampuan gerak halus ini, anak tunarungu sebenarnya juga tidak terlalu bermasalah. Hanya saja anak tunarungu sangat perlu pengawasan dan bimbingan.

• Kemampuan persepsi
Persepsi ialah proses pengenalan terhadap obyek sebagai hasil pekerjaan indera. Semua hasil pengamatan dari indera yang dapat dijadikan modal bagi individu untuk menginterpretasi obyek.
Kemampuan indera anak tunarungu mengalami gangguan/hambatan dalam kemampuan mendengarnya. Sehingga segala hal yang didapat dari kemampuan indera pendengarannya tidak dapat diterima dan dipersepsi dengan baik. Oleh karena itu, bagi anak tunarungu ringan, sangat perlu sekali dilakukan terapi okupasi untuk mengoptimalkan kemampuan pendengarannya.
Namun bagi anak tunarungu sedang maupun berat, jika kemampuan pendengarannya sangat terbatas, maka terapi okupasi dapat melatih kemampuan indera lainnya (yang tidak mengalami hambatan) agar dapat berfungsi secara optimal.

• Kemampuan mengurus diri atau bina diri
Mengurus diri atau bina diri biasanya disebut menolong diri sendiri atau memelihara diri sendiri yaitu meliputi:
a) Makan-minum
b) Kebersihan diri
c) Berpakaian dan rias diri
d) Keselamatan diri
e) Orientasi ruang

• Kemampuan berkomunikasi
Yaitu kemampuan bahasa pasif, aktif, pengembangan kosa kata, kalimat, isi bicara, perbaikan bicara, melakukan perintah, menyatakan keinginan, dan sebagainya.
Pada anak tunarungu, mereka memiliki hambatan dalam perkembangan bahasa/bicaranya sebagai akibat kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya, baik terjadi sejak kecil atau setelah dilahirkan, sehingga menyebabkan kekurangan atau kehilangan dalam kemampuan mendengar. Keterbatasan kemampuan mendengar inilah yang menjadi hambatan dalam perkembangan bahasa/bicaranya, dan dampak inipun membawa dampak-dampak lainnya yang meminta perhatian, pelayanan, pengertian dan kesempatan sebaik-baiknya yang diberikan kepada anak tunarungu.
Dengan memperhatikan keadaan anak tersebut, diharapkan melalui pemberian program terapi okupasi inilah keadaan anak dapat berkembang dengan lebih baik.

• Kemampuan sosialisasi dan emosi
Kemampuan sosialisasi anak tunarungu adalah banyak dihinggapi kecemasan karena menghadapi lingkungan yang beraneka ragam komunikasinya, hal seperti ini akan membingungkan anak tunarungu. Anak tunarungu sering mengalami berbagai konflik, kebingungan, dan ketakutan karena ia sebenarnya hidup dalam lingkungan yang bermacam-macam.
Kekurangan akan bahasa lisan ataupun tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu menafsirkan sesuatu secara negative atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi emosinya. Tekanan pada emosinya itu dapat menghambat perkembangan pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak agresif, atau sebaliknya menampakkan kebimbangan dan keragu-raguan.
Emosi anak tunarungu bila ditegur selalu bergolak di satu pihak karena kemiskinan bahasanya dan dipihak lain karena pengaruh dari luar yang diterimanya. Anak tunarungu bila ditegur oleh orang yang tidak dikenalinya akan tampak resah dan gelisah.
Oleh karena itu dengan mengikuti program terapi okupasi, diharapkan perkembangan social dan emosional anak tuna rungu menjadi lebih baik.

• Kemampuan Vokasional dan Kesibukan
Kemampuan vokasional ialah kemampuan anak tunarungu dalam memilih suatu kecekatan bekerja maupun social yang menuju pada kegiatan yang produktif walaupun sifatnya sangat sederhana. Contohnya: kemampuan kecekatan tangan sehingga banyak anak tunarungu yang bekerja di pabrik-pabrik setelah sebelumnya dilatih terlebih dahulu.
Kesibukan ialah suatu keadaan kegiatan dimana seseorang terlihat dalam melakukan kegiatan yang menarik perhatiannya sehingga timbul kegembiraan. Contohnya: mengguntung kertas, melukis, mewarnai gambar dan sebagainya.

1 komentar:

  1. Can a video games maker make money? - Work Tomake
    At first glance, it sounds like the idea of making money is rather complicated. But the idea งานออนไลน์ of making a 메리트 카지노 주소 video game or 카지노

    BalasHapus